Kamis, 10 September 2009

Bismilahirahmanirahim...

BISMILAHIRAHMANIRAHIM....

Memandang jauh tanpa batas, melepas rasa tanpa kehendak.
Jauh dilubuk sanubari setiap insan hidup dimuka bumi memiliki getaran rasa yang sulit untuk dipungkiri, yaitu Hak nurani untuk mengatakan kebenaran, kejujuran, keiklasan. bahasa inilah yang sanggup melewati dinding setebal lapisan bumi, setinggi lapisan langit.

Awal niat merupakan tanda yang dibaca oleh seluruh insan dan unsur di muka bumi. Diridhoi ataukah akan terhalang tergantung niat yang dipancarkan apakah selaras dengan dominasi alam dan kondisi yang sedang berlangsung. Perbedaan merupakan rahmat Tuhan kepada kehidupan yang ada di alam ini. dengan itulah sitem kehidupan berjalan saling kait-mengkait, ketergantungan sehingga menciptakan kesinambungan saling melengkapi. Kehidupan yang berjalan di alam ini merupakan karya perbedaan. Rahman Rakhim. Kasih merupakan tuangan rasa tanpa beban dan kehendak tidak membebani.

Sayang merupakan ikatan rasa memelihara, menghargai dan mengagungkan dan tidak merusak, meremehkan dan menghinakan. Dikala perilaku indrawi manusia berawal dalam posisi itu, maka bahasa rasa tersebut akan tercermin dan diterima oleh seluruh unsur alam baik manusia, hewan, tumbuhan dan lain-lainnya dengan bahasa yang sama. maka yang terjadi adalah ridho dan meridhoi. Semakin dalam rasa tumbuh dalam diri dan semakin halus getaran rasa tersebut, maka semakin tinggi derajad rasa yang dapat tertembus oleh getaran tersebut. Hal ikhwal itulah yang mungkin menggaris bawahi sebuah perbuatan dan perilaku manusia harus dengan Bismilahirahmanirahim. Dan bila sebaliknya maka yang akan terjadi adalah juga sebaliknya. Sering kita mendengar “ Mengapa ya niat baik ku malah mendapat hal yang tidak baik “, mari koreksi bersama, apakah telah berniat dengan benar ?. Amal perbuatan insan di muka bumi ini katanya “Tidak akan tertukar walaupun sebiji zarah”. Dan nilai perbuatan sesungguhnya tergantung niatnya. Bila berkaca dari sini maka “Hak tidak akan kemana”, Rezeki tidak akan tertukar, tidak usah berebut, saling sikut bahkan saling menghacurkan.

Hal kecil yang sering kita lakukanpun rasanya juga tidak perlu, yaitu berharap-harap. Bekerja sajalah sebaik mungkin, berperilaku sajalah seiklas mungkin dan yakini bahwa hak tidak akan tertukar. Tuhan Maha Adil, tidak usah meremehkan Tuhan dengan sikap ragu dan bimbang. Rasanya tidak bisa kita pungkiri, Terlalu sering kebimbangan dan keraguan menjadikan Imam dalam hidup kita. Wajar bila yang kita dapatkan kekecewaan, karena dengan keraguan telah menyesatkan langkah, dengan kebimbangan telah membelokkan tujuan. Rasa syukur memang sangat tidak mudah. Sebelum bisa berlaku Rahman Rakhim, sulit rasanya bisa bersyukur, apalagi bisa mensyukuri nikmat. Dikala manusia tidak berlaku rahman rahim maka reaksi alamiah di alam ini adalah tidah rahman rahim juga terhadap diri kita. Dan dikala kita dapati apa yang disekitar kita selalu tidak menyenangkan dan menenangkan hati, rasanya akan sangat sulit untuk mengatakan itu nikmat dan bersyukur.

Bismilahirahmanirahim dan Alhamdulilah yang terurai di atas sesungguhnya rangkaian 7 (tujuh ayat) Al-Fatikah, dimana masing-masing tahap dari awal ayat sampai ayat ke 7 (tujuh) merupakan makna dan hakekat perjalanan manusia sebagai Kalifah di muka bumi. Masing-masing ayat merupakan rangkaian langkah demi langkah, tahap demi tahap yang harus dititi dan dilalui dan menjadikan karakter dan sifat. Konsekwensi hidup memang tidak mudah. Berlaku adil terhadap diri, jiwa dan raga adalah titik awal kearifan. Butuh perhelatan yang panjang untuk mengenal diri. Butuh salah dan benar untuk sanggup memilah. Dan butuh keyakinan yang kuat untuk bertahan. Selama susah, senang, sedih dan gembira masih dipersoalkan dalam kehidupan kita, rasanya sangat sulit memegang keyakinan bahwa Tuhan Maha Adil. Bismilah Rahman Rahim kah kita terhadap diri sendiri ? sejauh manakah selama ini kita mengenal diri sendiri ? Ada pepatah “Debu di sebrang lautan nampak, Gajah dipelupuk mata tidak kelihatan”.

Batas memandang adalah bayangan, dimana cahaya berasal dari angan yang mengembang. Terangi diri, jernihkan rasa, bentangkan kerendahan, disana akan terlihat siapa diri ini. Terlalu besar memandang diri akan semakin terlihat kecil disudut mata sesama. “Bacalah, Bacalah atas Nama Tuhanmu”, inilah awal surat dalam Al-Quran. Dikala sujud, kepala memahami unsur tanah, pikiran diletakkan dalam kelegowoan, kesederhanaan, nrimo, landai dan tegar. Kesucian pikiran di mulai dari kondisi paling mendasar, karena pikiran menuntun nurani dan nurani di tuntun pikiran. Ranah ke-Iman-an pun terbangun dari pemahaman pemikiran yang dimulai dari kesadaran. Dan kesadaran terbangun dari kesederhanaan yang berjalan pada titian ketenangan jiwa. Dengan menyebut Nama Allah.... Asma Allah adalah pancaran kebesaran-Nya. Asma Allah dirangkum dalam Sifat-Nya. Sifat-Nya adalah pancaran dari Zat-Nya. Bacalah atas nama Tuhanmu. Membaca dengan menggunakan Sifat-Nya. Wisanggenie. 1 Muharam 1430 H Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar